Hal-hal yang Enggak Bisa Aku Kerjakan Sendiri, Atau Bisa tapi Sulit.
Sore di Kemang
"Hmm.. happy ya, kapan coba terakhir keluar rumah terus duduk di coffeeshop gini?" Ucapku, tersenyum menatap jalan. Sepi.
"Iya, biarpun cuma boleh dine-in 30 menit ya, Kak, haha but I am glad you are happy today."
"Enggak apa-apa lha, let's not take this for granted. We used to have hours spent at the coffeeshop, hanging out with friends, yet we took it for granted. Now this is all we have, so yeah let's enjoy while this last,"
I do mean it. Sudah setahun lebih pandemi hadir dan tinggal, memaksa hidup bersama, membuat kita dan lainnya pisah tanpa jabat dan peluk hangat, bahkan untuk sekadar saling tatap. Jangankan menghabiskan waktu berjam-jam di coffeeshop bersama, untuk bernapas tenang saja rasanya sesak, penuh curiga entah sakit apa yang terbang di udara.
Lupakan saja sudah berjabat sehabis meeting dengan rekan kerja, janji bertemu di tempat makan kesukaan, konser penuh hingar, impulsively flying over the weekend, road trip bersama kesayangan, dan banyak lagi senang lainnya yang ya kini tinggal kenangan, tidak lebih dari hanya bayang di angan. This is all we have now. This is all I have, menghabiskan hari Minggu lagi-lagi dengan adik semata wayang, keluar rumah untuk membeli beberapa belanjaan, mampir sekian menit ke florist dan coffeeshop sekitar, dan kini menyeruput moccacino sambil menatap jalanan Kemang. Jalanan yang biasanya ramai dengan para muda menyambut petang, dan suka lupa diri hingga pagi kembali datang.
Pikiranku jadi semakin melayang. Terbang kesini dan sana. How life forces us to adapt, to spend it only with all that is left for us, baik itu orang sekitar, pekerjaan dan kegiatan, yang semuanya sebagian besar kembali lagi ke dasar. Yang tanpanya, kita benar-benar tidak bisa. Atau mungkin bisa, meski mungkin terpaksa.
Aku menarik napas dalam, belajar memupuk syukur agar semakin banyak. Banyak yang dekat masih diberi sehat, yang butuh masih diberi cukup, yang susah dibantu hingga mudah. Betapa dunia sedang begitu susah, namun aku masih bertahan sampai sekarang. Indeed, we all plan, but He plans best, pikirku tenang.
"Kak, ih, malah ngelamun!" Aku kembali ke tempat setelah disenggolnya.
"Hahaha iya, yuk pulang, biar keburu solat Maghrib di rumah," kulihatnya sudah lebih dulu beranjak, menujur motor yang satu-satunya terparkir di halaman. Kuhabiskan minuman yang tinggal seteguk lalu membuangnya ke tempat sampah, merapikan struk dan lain hal ke dalam tas, bangkit dari tempat, tak lupa membawa bunga yang tadi ku beli sebelum kesini.
Aku berjalan, menoleh pada buket yang kupegang, ada bunga Matahari di sana, cuma satu di antara bunga lainnya, namun cukup buatku senang,
dan lagi-lagi terkenang,
"Ya, ternyata menghadiahi diri sendiri bunga Matahari sudah cukup buatku senang, dulu kukira karena itu selalu darimu... Kamu apa kabar di sana, Ya?" Kukira sudah, ternyata pikiranku masih asyik melayang, enggan pulang.
Kali ini kepadamu, Arya, satu yang dimintaNya pulang saat awal pandemi datang.
Menunggu Pagi
Aku tersadar saat langkah kakimu mendekat, tanganmu menyentuh pundakku hangat, sepertinya kamu sadar aku mulai agak gemetar karena dinginnya tidak bersahabat.
"You know? I've never found somebody loves city lights and stars as much as you do. Aku enggak pernah paham kenapa kamu sesuka itu lihat bintang, while you are alone a star, even for many, it's just not all can stand your light, you know, including me," ucapmu tetiba sambil menatap kerlap,
...meratap kita.
--- Dianty, July 2021.
Paling Banyak DIbaca
-
Elsa, sedang apa di dalam? Sudah kenakan baju hangat dan nyalakan tungku api? Jangan sampai salju di luar membuatmu menggigil kedin...
-
Aku tahu kamu disana, di balik pintu megah yang selalu saja kamu jadikan tameng untuk menghindar. Tidakkah kamu kesepian berteman te...
-
‘We never meet someone coincidentally, there might be a reason,’ begitu katanya, dan saya percaya. But I never thought this would happen to ...
-
Kepada Tuhan Yang Maha Baik, bukan saya berniat protes kepadaMu, pun kepada apa pun yang Kau jadikan di langit ...
Tentang
- Fiksi (5)
- Surat Cinta (3)
- #30HariMenulisSuratCinta (2)